Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kaidah Nahwu, Mengenal Jumlah dan Syibhul Jumlah

Assalamualaikum wa rahmatullahi wa barakaatuh, sahabat ilmuarab yang semoga senantiasa dalam rahmat dan lindunganNya. Alhamdulillah setelah sekian lama kami tidak menulis artikel di web ini dikarenakan beberapa hal. Jika sebelumnya kami sudah banyak menulis tentang percakapan bahasa arab, kosakata bahasa arab dan kata mutiara bahasa arab maka kali ini akan membahas bab yang lebih tinggi lagi yakni ilmu nahwu dan shorof.

kaidah nahwu, mengenal jumlah dan syibhul jumlah

Pertama kali yang akan kita ulas di sini adalah mengenai ilmu nahwu, kaidah kaidah yang ada dalam nahwu. Tentu teman teman yang masih pemula akan penasaran apa sih ilmu nahwu itu? Apa aja yang akan kita pelajari di sana? Baiklah daripada panjang lebar, kita langsung saja ke pembahasan inti yakni kaidah nahwu dan pengenalan jumlah dan syibhul jumlah.

Kaidah nahwu berguna untuk mengetahui tugas, harakat akhir dan i'rob setiap kata yang masuk dalam kalimat. Semoga dari sini antum paham ya apa itu nahwu. Lalu apa sih i'rob itu? Insyaallah akan kita bahas di artikel berikutnya.

Mengenal Jumlah dan Syibhul Jumlah dalam Bahasa Arab


Setelah kita mengetahui kaidah nahwu seperti apa maka sekarang berlanjut ke pembahasan pertama dari nahwu yakni jumlah dan syibhul jumlah. Langsung saja kita pelajari bersama sama secara perlahan lahan berikut ini.

Mengenal Jumlah (اَلْجُمْلَةَ) dalam Kaidah Nahwu


Jumlah yang dimaksud di sini adalah bahasa arab yang artinya kalimat. Jadi, teman teman jangan terkecoh ya. Jumlah dalam bahasa Indonesia memiliki makna yang merujuk pada sebuah angka, namun di sini bermakna kalimat atau lafadz. Jika disebut jumlah maka yang dimaksud adalah jumlah mufidah (kalimat sempurna). Sehingga susunan kalimatnya terdiri dari 2 kata atau lebih.

Jumlah (الجملة) atau bisa disebut juga dengan Kalam ( ُالكَلَام ) adalah susunan kata atau lafadz ( ُكَلِمَة ) yang mempunyai arti sempurna ( ُمُفِيدَة ). Jadi ketika orang yang sedang berbicara telah selesai maka kita sebagai pendengar akan langsung memahami apa yang ia katakan.

Jumlah atau kalam terbagi menjadi 2 yaitu Jumlah Fi'liyah ( ٌجُمْلَةٌ فِعْلِيَّة ) dan Jumlah Ismiyah ( ٌجُمْلَةٌ اِسْمِيَّة ). Apa itu fi'liyah? Dan apa ismiyah? Yuk kita bahas satu persatu di bawah ini.

1. Mengenal Jumlah Fi'liyah (جملة فعلية)


Jumlah fi'liyah adalah susunan kata atau kalimat sempurna yang diawali dengan fi'il ( ٌفِعْل ). Fi'il artinya kata kerja atau kata yang menunjukkan arti pekerjaan atau peristiwa yang terjadi. Apabila ada fi'il atau kata kerja maka harus ada faa'il ( ٌفَاعِل ). Apa itu Fa'il? Fa'il artinya pelaku bisa berupa nama orang atau berupa dhomir. Contohnya: 
  • َكَتَبَ عَلِيُّ اَلدَّرْس artinya "Ali Telah Menulis Pelajaran"
  • َيَكْتُبُ عَلِيُّ اَلدَّرْس artinya "Ali Sedang Menulis Pelajaran atau Ali Akan Menulis Pelajaran"
  • َ! َيَا عَلِيُّ اُكْتُبْ اَلدَّرْس artinya "Hai Ali, Tulislah Pelajaran itu!"
Itulah pengertian dari jumlah fi'liyah. Adapun Fi'il (فعل) ada bermacam macam dan memiliki pengertian masing masing. Agar teman teman bisa menyusun jumlah fi'liyah dengan sempurna maka wajib tahu apa saja fi'il itu. Silakan baca artikel kami yang berjudul pengertian dan macam macam fi'il dalam kaidah nahwu.

2. Mengenal Jumlah Ismiyah (جملة اسمية)

Jumlah Ismiyah adalah kalimat sempurna yang diawali dengan isim (kata benda, nama orang), kalimat sempurna tersebut tersusun dari mubtada' dan khobar. Dalam bahasa arab, mubtada' bertugas sebagai subyek yang mana ia harus memiliki beberapa karakter atau sifat yakni tanda i'robnya berupa rofa'  dan harus ma'rifat (kata khusus atau spesifik alias bukan umum) contohnya berupa nama orang, dhomir atau kemasukan huruf alif dan lam. 

Sedangkan khobar menjadi predikat yang tugasnya memberi keterangan atau menjelaskan keadaan mubtada' (subyek). Khobar juga memiliki karakter atau sifat yaitu harus nakiroh (kata umum) dan tanda i'robnya juga berupa rofa'. Karena khobar wajib mengikuti mubtada'. 

Jadi ketika mubtada' berupa mudzakkar (laki laki) maka khobar juga harus mudzakkar (laki laki), jika mubtada' mufrad (sendiri atau satu) maka khobar juga harus mufrad, jika mubtada' berupa mutsanna (dua) maka khobar juga harus mutsanna, jika mubtada' jamak (lebih dari 2) maka khobar harus jamak juga, begitu seterusnya. Contohnya:

  • ٌاَلْوَلَدُ مَاهِر artinya "Anak Laki Laki Itu Pandai". ُاَلْوَلَد sebagai mubtada' (subyek) berupa isim mufrad yang kemasukan alif lam dan ٌمَاهِر sebagai khobar (predikat) berupa mufrad (bersifat satu) karena kata الولد bersifat satu orang, maka khobarnya harus bersifat satu juga (mufrad).
  • َنَحْنُ مُعَلِّمُوْن artinya "Kami Adalah Pengajar atau Guru". ُنَحْن sebagai mubtada' (subyek) berupa isim jamak dalam bentuk dhomir dan َمُعَلِّمُوْن sebagai khobar (predikat) berupa jamak juga.
  • ٌمُحَمَّدٌ طَالِب artinya "Muhammad Adalah Seorang Murid". محمد sebagai mubtada' berupa isim nama orang berjumlah 1 dan طالب sebagai khobar. Karena "Muhammad" nama untuk 1 orang maka khobarnya berupa mufrad (bersifat satu atau sendiri). 

Alhamdulillah telah selesai pembahasan kita terkait jumlah (kalimat) dan pembagiannya. Semoga sampai di sini teman teman sudah bisa memahaminya. Apabila masih belum paham, silakan bertanya melalui kolom komentar. Selanjutnya kita akan membahas syibhul jumlah.

Mengenal Syibhul Jumlah ( ِشِبْهُ الْجُمْلَة ) Dalam Kaidah Nahwu

Syibhu artinya mirip. Maka syibhul jumlah diartikan mirip jumlah. Kemiripannya adalah kalimatnya juga tersusun dari 2 kata atau lebih. Namun bedanya adalah apabila jumlah (kalimat) itu susunannya sempurna dan bisa dipahami maka syibhul jumlah itu susunannya belum sempurna sehingga belum bisa dipahami dengan baik. 

Susunan kata syibhul jumlah ada 2 kategori yaitu terdiri dari Dhorof (ظرف) + Mudhof Ilaihi (مضاف اليه) dan terdiri dari Jar (جار) + Majrur (مجرور). Dhorof ialah keterangan tempat atau waktu sedangkan mudhof ilaihi adalah yang disandarkan padanya. Adapun jar adalah huruf sedangkan majrur adalah isim yang terletak setelah huruf jar, umumnya ditandai dengan harakat kasrah pada akhir kata. Contohnya:

  • Syibhul jumlah yang terdiri dari dhorof (keterangan tempat) + mudhof ilaihi (yang disandarkan): ِجَا نِبَ الْمَسْجِد artinya "Di samping Masjid". جانب adalah dhorof (berupa keterangan tempat) dan المسجد adalah mudhof ilaihi. Contoh syibhul jumlah yang terdiri dhorof (keterangan waktu) + mudhof ilaihi : ِبَعْدَ الصُّبْح artinya "Sesudah Subuh". بعد adalah dhorof (berupa keterangan waktu) dan الصبح adalah mudhof ilaihi.
  • Syibhul jumlah yang terdiri dari jar (huruf) dan majrur : ِعَلَى الْمَكْتَب artinya "Di atas Meja". عَلَى adalah huruf Jar dan ِالْمَكْتَب adalah majrur yang mana harakat akhirnya berupa kasroh karena sebelumnya ada huruf jar. 

Nah, dari contoh kalimat di atas itu memiliki arti yang belum sempurna, kita ambil salah satu contoh misalnya "Di atas Meja". Kalimat tersebut jelas belum bisa dipahami apa maksudnya. Apa yang ada di atas meja? Oleh sebab itu syibhul jumlah masih membutuhkan kata atau lafadz lain untuk menyempurnakan agar bisa dipahami oleh pendengar. Misalnya: ِاَلطَّعَامُ عَلَى الْمَكْتَب artinya "Makanan Itu Di atas Meja".

Baiklah teman teman sampai di sini dulu semoga artikel ini bermanfaat untuk kita semua dan menambah ilmu kita serta menambah wawasan terkait ilmu nahwu. Artikel ini merupakan bab pertama dari nahwu, sehingga masih banyak bab bab lain yang akan kita bahas selanjutnya. Apabila ada yang belum bisa dipahami silakan bertanya di kolom komentar dan apabila ada yang salah monggo benarkan kami dengan cara ketik di kolom komentar. Terimakasih, wassalamualaikum wa rahmatullahi wa barakaatuh.

2 komentar untuk "Kaidah Nahwu, Mengenal Jumlah dan Syibhul Jumlah"

  1. The work contained on this manuscript directly addresses the issues outlined above. It investigates each the dimensions and importance of links between loot field spending and downside gambling in adolescents. Additionally, it clarifies whether specific features of loot bins strengthen this link 클레오카지노 and outlines qualitative analysis asking adolescents why adolescents engage in loot field spending. Making ‘microtransactions’ of small amounts of real-world money for virtual gadgets or other advantages has been widespread in video video games quantity of} years}. Even over a decade in the past in 2005, players of the cellular game Puzzle Pirates could pay real-world money to buy ‘doubloons’, an in-game foreign money that could possibly be} spent on virtual gadgets and companies . Similarly, in 2006, players of the open-world game Oblivion were in a position to} make a microtransaction to buy cosmetic armour for their in-game horses .

    BalasHapus